Gelombang Radio : Pengertian, Jenis, dan Cara Kerja

Gelombang radio adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi paling kecil atau memiliki panjang gelombang yang paling besar. Dimana gelombang berada pada rentang frekuensi yang luas meliputi beberapa Hz sampai gigahertz (GHz/orde pangkat 9).

Pengertian Gelombang Radio

Gelombang radio adalah radiasi elektromagnetik yang memiliki frekuensi paling rendah diantara radiasi elektromagnetik lainnya, seperti gelombang mikro atau gelombang infrared. Gelombang radio dalam jaringan nirkabel memiliki frekuensi diantara 30Hz hingga 300ghz. Dengan panjang gelombang mulai dari 1mm hingga 10.000km. Seperti layaknya gelombang elekromagnetik lainnya, radiowaves bergerak dalam kecepatan cahaya dan dapat bergerak dalam ruangan hampa. Oleh sabab itu gelombang ini dapat digunakan sebagai media transmisi menggunakan satelit.

Jenis-Jenis Gelombang Radio

Gelombang radio

Terdapat beberapa jenis gelombang radio, diantaranya sebagai berikut:

1. Gelombang Panjang (Long Wave)

Gelombang jenis ini memiliki signal yang panjang sehingga dapat menjangkau range area yang sangat luas. Kelemahan dari gelombang ini yaitu memerlukan daya listrik yang sangat besar sehingga mahal dalam operasionalnya, sebab jenis gelombangnya yang panjang dan lebar menyebabkan rentan terhadap gangguan (noise).

2. Gelombang Pendek (Short Wave)

Gelombang pendek memerlukan udara sebagai mediator. Jenis gelombang ini adalah SW (short wave). Kelebihan dari gelombang ini yaitu mampu menjangkau wilayah (coverage area) yang luas. Sehingga banyak digunakan oleh pemancar internasional atau antar benua.

Kelemahan dari gelombang ini yaitu banyak noise khususnya dari matahari, cuaca, udara, halilintar dsb. Suara manusia dapat didengar dengan baik, namun pengguanaan sound effect dapat kehilangan mutu kulitasnya (kabur).

3. Gelombang Medium (Medium Wave)

Gelombang medium memerlukan permukaan bumi sebagai mediator. Umumnya ini dipakai oleh stasiun radio. Jenis yang dipakai oleh gelombang ini yaitu AM (amplitudo modulation) dan FM (frequency modulation). Kelebihan dari gelombang ini yaitu permukaan bumi kurang dipengaruhi cuaca sehingga tidak terjadi noise. Mutu penyiaran lebih bagus dalam kualitas suara dan sound effect. Kelemahan dari gelombang ini yaitu tanah menyerap gelombang lebih cepat daripada udara yang menyebabkan jarak jangkauan siaran lebih sempit sehingga memerlukan booster.

Cara Kerja Gelombang Radio

Gelombang radio

Berikut beberapa tahapan cara kerja pada gelombang radio, yaitu:

  • Gelombang merambat di udara bebas dengan kecepatan 300.000 km/detik.
  • Sinyal dipancarkan dengan menggunakan gelombang pembawa.
  • Getaran-getaran suara dalam percakapan telepon, atau getaran yang ditimbulkan oleh pengirim tanda-tanda telegraf atau facsimile diubah menjadi getaran-getaran listrik sepanjang penyalurannya.
  • Panjang gelombang paling panjang yang dipantulkan oleh lapisan udara yang juga berada tinggi di dalam atmosfer bumi yang disebut ionosfer.
  • Dengan menggunakan cara yang telah diterangkan pesan lewat radio bisa untuk dipantulkan sehingga bisa mencapai jarak yang sangat jauh.
  • Sesampainya di tempat tujuan, getaran listrik diubah kembali menjadi getaran informasi yang dapat didengar dan dimengerti oleh si penerima berita, melalui pesawat telepon, pesawat teleks, facsimile atau monitor suatu penerima televisi.

Manfaat Gelombang Radio

Adapun manfaat gelombang radio diantaranya sebagai berikut:

  • Membawa informasi penting lebih mudah dan navigasi.
  • Menyalurkan transmisi radio
  • Mempermudah kontak dengan kendaraan udara (pesawat)
  • Transmisi data satelit para astronot di ruang angkasa mampu menjangkau dan berbicara dengan orang-orang di bumi.
  • Memantau dan mengontrol inviroments industri tertentu
  • Mampu Meningkatan akurasi. Dengan menggunakan gelombang orang dapat memantau dan mengontrol inviroments industri tertentu.

Cara Menghitung Ukuran Kabel Listrik Yang Benar

Cara Menghitung Ukuran Kabel Listrik Yang Benar – Hal terpenting untuk menentukan ukuran kabel listrik, haruslah kita ketahui terlebih dahulu sumber daya listrik ke suatu perangkat listrik menggunakan skema kabel listrik, agar mempermudah proses pemilihan kabel, dan mengetahui fungsi dari kabel listrik tersebut sebagai penghantar daya rendah, medium, hingga tinggi. Tujuan menentukan ukuran kabel listrik, agar terhindar dari korsleting listrik, kabel terbakar, dan tegangan drop. Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, kita harus ketahui berapa besar daya listrik/ampere yang menghantarkan listrik, lalu menentukan berapa phase dari jumlah daya listrik. Setiap kabel listrik memiliki Kemampuan Hantar Arus (KHA) yang berbeda-beda, maka dari itu kita harus mengetahui juga seberapa besar daya listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik, dan fungsi dari kabel listrik tersebut, dengan cara menghitung jumlah phase pada kabel listrik.
Berdasarkan fungsinya, kabel listrik 1 phase cocok untuk rumah hunian yang biasanya memiliki tegangan antara phase dengan netral 220 Vac, sedangkan kabel listrik 3 phase lebih cocok untuk tempat usaha seperti pabrik, dan industri yang memiliki daya tegangan sebesar 360 Volt. Berikut tabel untuk menghitung Kemampuan Hantar Arus (KHA)/Ampere dan ukuran penampang kabel,

Cara Menghitung Ukuran Kabel Listrik Yang Benar

Sebagai contoh perhitungan ukuran kabel listrik 1 phase yang memiliki besaran daya listrik 100 ampere, maka dapat menggunakan kabel listrik dengan daya hantar arus lebih besar sekitar 125% dari 100 ampere.
125% x Arus Max.
125% x 100 Ampere = 125 Ampere
Kita dapat melihat di Tabel, dari hasil perhitungan tidak ada angka 125 Ampere. Maka ditentukan dari angka yang mendekati 135 Ampere, berarti ukuran kabel listrik yang dibutuhkan 35mm2. *) Perhitungan kabel listrik 3 phase yang memiliki besaran daya listrik 200 ampere di setiap phasenya, maka cara menghitungnya sama seperti sebelumnya.
125% x Arus Max.
125% x 200 Ampere = 250 Ampere
Dari angka di Tabel, 250 Ampere dapat menggunakan ukuran kabel listrik 95mm2 sebagai penampang kabel.Kenapa harus menggunakan angka 125% sebagai perhitungan. Karena angka tersebut merupakan nilai safety factor / faktor keamanan, yang dimana nilai toleransi ukuran kabel lebih lebar dari maksimal kemampuannya, dan tujuannya untuk membuat kabel listrik lebih tahan lama dan menjaga saat terjadinya lonjakan arus atau penambahan beban.
Demikian informasi cara menentukan ukuran kabel listrik yang benar, berdasarkan Kemampuan Hantar Arus (KHA), atau daya listrik/Ampere. Untuk kebutuhan kabel listrik, Silahkan kontak kami by WA di sini.

Cara Menghitung Ukuran Kabel Listrik Yang Benar

Instalasi Listrik Saklar Intermediate (Saklar Silang)

Instalasi Listrik Saklar Intermediate (Saklar Silang) – Pernahkah anda berada pada ruangan pertemuan yang besar seperti aula dengan banyak akses pintu masuk? Jika tidak pernah cukup bayangkan saja, he..he.. Pada ruangan yang besar dengan pintu akses masuk yang banyak seperti aula tersebut, akses penerangan ruangan seharusnya tidak menjadikan masalah. Penerangan harus bisa diakses dari semua saklar yang terpasang berdekatan dengan pintu dan semua saklar tersebut sama-sama mengendalikan satu sistem lampu penerangan. Apakah itu mungkin dilakukan? Jawabanya sangat mungkin sekali dan mudah dilakukan yaitu dengan memasang komponen listrik yang bernama saklar silang (saklar intermediate). Dalam artikel ini saya akan coba menjelaskan bagaimana instalasi listrik saklar silang (saklar intermediate).

Instalasi Listrik Saklar Intermediate (Saklar Silang)

Istilah saklar silang (saklar intermediate) ini memang kurang poopuler dalam dunia kelistrikan awam dibanding saklar lain yang biasa diaplikasikan dalam kelistrikan rumah tangga. Saklar silang (saklar intermediate) secara konstruksi merupakan gabungan dari 2 saklar tukar yang perubahan kedua kontak saklar tukar tersebut dikendalikan bersamaan dengan sekali perlakuan On / Off. Masing-masing output dari ke dua saklar tukar tersebut dihubungkan saling menyilang sehingga keluaran saklar silang (saklar intermediate) yang seharusnya 4 output menjadi 2 output. Mungkin karena sebab itulah saklar ini diberi nama saklar silang (saklar intermediate).

Bentuk dan simbol diagram saklar silang (saklar intermediate)

Gambar diatas merupakan bentuk fisik dan simbol diagram dari saklar silang (saklar intermediate). Untuk lebih mudah membayangkan konstruksi serta jumlah input dan outputnya bisa anda perhatikan pada simbol diagram pengawatan diatas. Jumlah 4 output saklar akan diinstalasi saling menyilang sehingga akan menjadi 2 output. Untuk lebih jelasnya akan dibahas di sub bab diagram penjgawatan saklar silang (saklar intermediate) di artikel ini.

Instalasi Saklar Silang (saklar intermediate)

Instalasi saklar silang (saklar intermediate) untuk memenuhi fungsinya sebagai pengendali lampu dari banyak tempat tidak bisa berdiri sendiri. Saklar silang ini membutuhkan dua buah saklar tukar untuk diinstalasi diawal instalasi dan diujung instalasi menuju lampu yang dikendalikan. Berapapun banyaknya tempat untuk saklar pengendali, instalasi saklar silang (saklar intermediate) ini tetap membutuhkan hanya 2 saklar tukar. Pada instalasi saklar silang (saklar intermediate) ini saya akan membaginya menjadi dua diagram instalasi yaitu, diagram lokasi dan diagram pengawatan.

A. Diagram Lokasi

Diagram lokasi merupakan diagram satu garis dimana kita bisa menganalogikan satu garis tersebut adalah pipa instalasi yang didalamnya terdapat beberapa penghantar kabel. Disebut diagram lokasi karena memang diagram ini bisa langsung digambarkan pada denah tempat/ruang dan memetakan posisi komponen berdasarkan lokasi ditempatkannya komponen tersebut. Fungsi dari diagram ini tidak lain untuk memudahkan perencanaan proses instalasi tersebut dengan penyesuaian dan pemetaan  terhadap lokasi komponen yang akan diinstalasi.

Instalasi Listrik Saklar Intermediate
Diagram Lokasi Saklar Silang (saklar intermediate) dan Tukar kendali 4 tempat

Diagram diatas merupakan diagram lokasi dari 2 buah saklar silang (saklar intermediate) dikombinasikan dengan 2 buah saklar tukar untuk mengendalikan satu lampu dari banyak 4 tempat. Jika anda ingin menambah jumlah pengendalian saklar menjadi 5, 6, 7 dan seterusnya, maka komponen yang ditambahkan adalah saklar silang (saklar intermediate) dengan total keseluruhan saklar pengendali berdasarkan jumlah pengendali yang ingin direncanakan. Artinya berapapun jumlah pengendalian saklar maka komponen tambahannya adalah saklar silang (saklar intermediate) tanpa ada tambahan saklar tukar. Untuk saklar tukar tidak terpengaruhi dengan jumlah pengendalian saklar, saklar tukar ini hanya dipasang diawal instalasi dan diujung instalasi sebagai pelengkap instalasi saklar silang (saklar intermediate) tersebut seperti yang sudah saya jelaskan diatas.

Dibawah ini adalah contoh diagram lokasi jika dari gambar pertama yaitu mengendalikan satu lampu dari 4 tempat, anda melakukan pengembangan dengan menambah satu saklar pengendalian lagi sehingga jumlah pengendalian menggunakan saklar menjadi 5 tempat.

Diagram Lokasi Saklar Silang (saklar intermediate) dan Tukar kendali 5 tempat

Dari diagram lokasi diatas terlihat bahwa pengembangan dengan menambah jumlah saklar pengendalian dilakukan dengan menambah saklar tambahan yaitu saklar silang (saklar intermediate) sebagai saklar ke 5 ( lihat digambar tulisan berwarna merah ), jika anda ingin menambah kembali menjadi misalnya 7 tempat, maka anda harus menambahkan saklar ke 6 dan ke 7 berupa saklar silang (saklar intermediate). Adapun pemasangannya harus diantara saklar tukar awal dan saklar tukar akhir. Posisi lampu tidak berpengaruh.

B. Wiring Diagram

Berbeda halnya dengan diagram lokasi diatas, pada wiring diagram atau diagram pengawatan ini anda baru akan melihat secara aktual berapa kabel sebenarnya dalam pipa instalasi tersebut dan bagaimana instalasi kabel kabel tersebut terhadap komponen yang digunakan. Dengan diagram pengawatan ini anda juga bisa menganalisa prinsip kerja dari instalasi setelah rangkaian instalasi tersebut selesai. Berikut adalah wiring diagram dari saklar silang (saklar intermediate) + saklar tukar dengan mengacu pada diagram lokasi pertama diatas yaitu mengendalikan satu lampu dari 4 tempat.

wiring diagram saklar silang (saklar intermediate) dan tukar kendali 4 tempat

Dari diagram diatas semoga anda sudah bisa menyimpulkan bagaimana aliran arus listrik menuju ke lampu dan bagaimana ke empat saklar tersebut bisa mengendalikan satu lampu. silahkan analisa aliran arus menuju lampu tersebut disesuaikan dengan kondisi saklar silang (saklar intermediate) dan saklar tukar yang ada seperti pada gambar. Bagaimana menurut anda kondisi lampu pada gambar wiring diatas, nyala atau mati? Yup… yang jawab mati sependapat dengan saya..he..he..Gambar wiring diatas menunjukan bahwa lampu ruangan dalam keadaan mati karena arus terputus pada saklar tukar pintu 4 ( saklar ujung instalasi ). Untuk menyalakan lampu tersebut bisa anda lakukan perubahan kondisi salah satu dari ke empat saklar yang mana saja bebas sama saja.

Dengan rangkaian instalasi saklar silang  (saklar intermediate) yang dikombinasikan dengan 2 buah saklar tukar, anda memungkinkan mengendalikan satu lampu dari banyak tempat sampai jumlah tak terhingga selama komponen instalasi mendukung, dengan hanya menembah jumlah saklar silang  (saklar intermediate) sesuai dengan keinginan, dan tentunya aspek tepat guna harus juga diperhatikan.

Demikian artikel tentang instalasi listrik saklar silang (saklar intermediate), Saran, masukan ataupun koreksi silahkan meninggalkan jejak di kolom komentar.

Menghitung Total Daya Reaktif (KVAr)

Menghitung Total Daya Reaktif (KVAr) – Menghitung Total Daya reaktif – Pada Tarif dasar Listrik untuk industri, ada biaya yang dikenakan untuk kelebihan pemakaian Daya reaktif (KVArh), lalu bagaimana cara mengetahui besar Daya reaktif yang dihasilkan? Sangat penting bagi kita untuk mengetahui seberapa besar daya Reaktif yang dihasilkan dari berbagai peralatan listrik yang kita gunakan dalam instalasi listrik 3 fasa. Khususnya di dunia Industri, yang umumnya menggunakan Listrik 3 fasa dengan tegangan 380Volt, Besarnya Daya Reaktif harus diketahui dan selanjutnya dilakukan perbaikan untuk mengurangi besar Total Daya reaktif yang terjadi.


Daya Reaktif adalah Daya yang dihasilkan dari berbagai peralatan listrik yang menghasilkan induksi magnetik dan menghasilkan Daya harmonik. Daya Reaktif sering juga disebut dengan Kerugian Daya.

Menghitung Daya Reaktif

Berbagai peralatan listrik yang menghasilkan Daya reaktif, antara lain:

  • Elektro Motor
  • Trafo Las
  • Inverter
  • Lampu mercury non Ballast
  • UPS
  • Dan lainnya

Semakin Banyak penggunaan peralatan listrik yang menghasilkan daya Harmonik, akan semakin besar daya reaktif yang dihasilkan, Hal ini akan menyebabkan semakin rendahnya faktor daya (Cosphi) pada instalasi listrik tersebut.

Ada 3 macam Daya pada instalasi listrik 3fasa, yaitu:

  • Daya Semu (KVA)
  • Daya Aktif (KW)
  • Daya Reaktif (KVAr)

Besarnya daya reaktif akan menentukan seberapa besar daya Aktif yang dihasilkan, semakin besar daya reaktif akan menyebabkan Daya Aktif yang dihasilkan semakin kecil dibandingkan dengan Daya Semu. Faktor Daya (Cosphi) adalah Perbandingan Besar daya Aktif (KW) dengan Daya Semu (KVA) Perbandingan antara besar Daya Aktif dengan Daya semu inilah yang disebut dengan faktor daya (Cosphi). Kondisi yang terbaik adalah Jika Daya reaktif pada instalasi listrik adalah 0 KVAr, maka faktor dayanya adalah 1, sehingga besar daya Aktif adalah sama dengan Daya Semu.

Namun tentunya hal ini tidak mungkin terjadi, karena berbagai peralatan listrik yang digunakan pada instalasi listrik 3 fasa akan menghasilkan Daya harmonik dan tentunya menimbulkan Daya reaktif. Namun, sebisa mungkin Daya reaktif yang dihasilkan harus diminimalkan, untuk mendapatkan faktor daya (Cosphi) minimal lebih besar dari 0,85.

Cosphi > 0.85

Seperti halnya jika suatu industri menggunakan Listrik dari PLN, semakin rendah faktor daya maka akan semakin besar tagihan listrik yang harus dibayar oleh pihak industri tersebut kepada PLN. Oleh karena itulah Pihak PLN hanya akan mengenakan biaya kelebihan Daya Reaktif (KVArh) jika faktor daya (Cosphi) instalasi listrik suatu Industri lebih kecil dari 0,85. Untuk menghindari biaya listrik industri yang semakin melonjak, maka faktor daya listrik suatu industri harus diperbaiki dan diharapkan lebih besar dari 0,85. Cara untuk memperbaiki faktor daya tersebut adalah dengan memasang Capasitor Bank pada instalasi listrik tersebut. Namun untuk melakukan perbaikan faktor daya, terlebih dahulu kita harus mengetahui seberapa besar Daya reaktif yang dihasilkan.

Bagaimana Cara menghitung Total Daya Reaktif yang dihasilkan pada suatu Instalasi listrik 3 fasa? Untuk mengetahui seberapa besar Daya Reaktif, kita dapat menggunakan cara sederhana perhitungan Daya Reaktif Berikut ini:

Rumus Sederhana menghitung Total Daya reaktif suatu Instalasi listrik 3 fasa

Q=√S^2 -P^2

Q: Daya Reaktif (KVAr)
S: Daya Semu (KVA)
P: Daya Aktif (KW)

Untuk lebih jelasnya, kita akan coba membuat contoh perhitungan Daya Reaktif suatu instalasi listrik 3 phase. Sebuah Pabrik yang menggunakan instalasi listrik 3 phase untuk mengoperasikan berbagai peralatan listrik dan mesin produksinya. Listrik yang digunakan pada Pabrik tersebut berasal dari Listrik PLN, dengan daya terpasang sebesar 250KVA, tegangan 380Volt, Faktor Daya (Cosphi) sebesar 0,80 (Pengukuran Faktor Daya (Cosphi) dilakukan Saat pabrik tersebut beroperasi dengan beban puncak).

Diketahui:

S = 250KVA
P = 250KVA x 0,80 =200KW

Berapa Daya Reaktif instalasi listrik Tersebut?

Q=√S^2-P^2
Q=√250^2-200^2
Q=√62.500-40.000
Q=√22.500
Q=150KVAr

Dari perhitungan diatas didapat bahwa pada suatu instalasi listrik 3fasa dengan Daya terpasang sebesar 250KVA, Faktor Daya 0,80, Daya Reaktif sebesar 150KVAr.

Perbaikan Faktor Daya

Karena Faktor Daya yang ingin dicapai adalah harus lebih besar dari 0,85, agar kualitas daya menjadi lebih baik dan menghindari biaya tambahan tagihan listrik yang disebabkan dari kerugian daya tersebut, maka solusinya adalah memasang Kapasitor Bank pada Instalasi listrik Pabrik tersebut. Berapa kebutuhan KVAr Capasitor Bank yang harus dipasang agar faktor daya yang sebelumnya hanya 0,80 dapat diperbaiki menjadi 0,90?

Qc = Q1-Q2

Qc = Daya Reaktif Kapasitor Bank yang dibutuhkan
Q1 = Daya Reaktif sebelum perbaikan
Q2 = Daya Reaktif yang ingin dicapai

Setelah kita mengetahui besar Daya Reaktif (Q1) yang dihasilkan adalah 150KVAr, selanjutnya untuk melakukan perbaikan Faktor Daya dari yang sebelumnya hanya 0,80, dan ingin kita perbaiki menjadi 0,90. kita harus melakukan perhitungan Daya reaktif (Q2) jika Faktor Dayanya menjadi 0,90. Menghitung Daya Reaktif yang ingin dicapai (Q2)

Diketahui:
P = 200KW
Cosphi yang ingin dicapai adalah 0,90
Maka S = 200KW : 0,90
S = 222,22 KVA

Berapa Daya Reaktif jika Cosphi diperbaiki menjadi 0,90?

Q = √S² – P²
Q = √222,22² – 200²
Q = √49.381,7 – 40.000
Q = √9.381,7
Q = 96,85KVAr

Maka, dapat dihitung Kebutuhan Capasitor Bank untuk memperbaiki faktor daya yang sebelumnya 0,80 menjadi 0,90 adalah:

Qc = Q1 – Q2

Qc = 150KVAr – 96,85KVAr
Qc = 53,15KVAr

Setelah kita lakukan perhitungan didapat bahwa untuk memperbaiki Faktor Daya yang sebelumnya 0,80 menjadi 0,90 pada instalasi listrik pabrik tersebut, dibutuhkan Kapasitor Bank sebesar 53,15KVAr. Selanjutnya, untuk memperbaikinya kita dapat memasang Capasitor Bank yang nilainya sesuai dengan Total Daya Reaktif tersebut.

Semoga bermanfaat!

DAYA SEMU, DAYA NYATA, DAN DAYA REAKTIF

Daya semu, daya nyata, dan daya reaktif dianggap sebagian engineer sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami. Terutama karena sulitnya untuk mengimajinasikan daya-daya tersebut. Namun sebenarnya cukup mudah untuk memahami apa itu daya semu, daya nyata, dan daya reaktif. Hanya dibutuhkan sebuah pandangan yang lebih luas mengenai sistem jaringan listrik AC.

Memahami daya semu, daya nyata, dan daya reaktif tidak mungkin dapat kita lakukan jika kita tidak terlebih dahulu memahami tiga macam beban listrik AC yaitu beban resistif, induktif, dan kapasitif.

Daya listrik didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik jaringan listrik tiap satu satuan waktu. Dengan satuan watt atau Joule per detik dalam SI, daya listrik menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit, maupun adanya penyerapan energi listrik oleh beban listrik.

Daya listrik menjadi pembeda antara beban dengan pembangkit listrik, dimana beban listrik bersifat menyerap daya sedangkan pembangkit listrik bersifat mengeluarkan daya. Berdasarkan kesepakatan universal, daya listrik yang mengalir dari rangkaian masuk ke komponen listrik bernilai positif. Sedangkan daya listrik yang masuk ke rangkaian listrik dan berasal dari komponen listrik, maka daya tersebut bernilai negatif.

Daya Nyata

Secara sederhana, daya nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya nyata menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya nyata yang digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh elemen pemanas kompor tersebut.

Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan tegangan.

P = I x V

Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan faktor daya (cos ∅).

P = I x V x cos ∅

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan grafik sinusoidal berikut.

DAYA SEMU dan NYATA
Gelombang Arus, Tegangan, dan Daya Listrik AC

Grafik di atas adalah grafik gelombang listrik AC dengan beban murni resistif. Nampak bahwa gelombang arus dan tegangan berada pada fase yang sama (0°) dan tidak ada yang saling mendahului seperti pada beban induktif dan kapasitif. Dengan kata lain nilai dari faktor daya (cos ∅) adalah 1. Sehingga dengan menggunakan rumus daya di atas maka nilai dari daya listrik pada satu titik posisi jaringan tertentu memiliki nilai yang selalu positif serta membentuk gelombang seperti pada gambar tersebut.

Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah daya nyata, daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya energi listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya nyata secara efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.

Daya Reaktif

Daya reaktif menjadi tema bahasan yang dianggap cukup sulit bagi sebagian orang. Berbagai bentuk ilustrasi dan pengandaian digunakan untuk memudahkan kita memahami daya reaktif. Kali ini kita akan membahas daya reaktif menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan sederhana dan pendekatan ilmiah. Kita akan cukup dalam membahas daya reaktif secara ilmiah agar kita memahaminya dengan lebih total dan ‘menancap’ di kepala kita.

Secara sederhana, daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk membangkitkan medan magnet di kumparan-kumparan beban induktif. Seperti pada motor listrik induksi misalnya, medan magnet yang dibangkitkan oleh daya reaktif di kumparan stator berfungsi untuk menginduksi rotor sehingga tercipta medan magnet induksi pada komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif berfungsi untuk membangkitkan medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan magnet primer tersebut menginduksi kumparan sekunder.

Ilustrasi Daya Reaktif

Daya reaktif diserap oleh beban-beban induktif, namun justru dihasilkan oleh beban kapasitif. Peralatan-peralatan kapasitif seperti lampu neon, bank kapasitor, bersifat menghasilkan daya reaktif ini. Daya reaktif juga ditanggung oleh pembangkit listrik. Nampak pada ilustrasi di atas bahwa pada gambar pertama daya reaktif yang dibutuhkan oleh motor listrik disupply oleh sistem pembangkit (utility). Sedangkan pada gambar kedua, kebutuhan daya reaktif dicukupi oleh kapasitor, sehingga daya total yang ditanggung oleh jaringan listrik berkurang.

Satuan daya reaktif adalah volt-ampere reactive dan disingkat dengan var. Mengapa satuan daya reaktif adalah var dan bukannya watt, disinilah bahasan mendalam mengenai daya reaktif kita butuhkan. Daya reaktif, sebenarnya bukanlah sebuah daya yang sesungguhnya. Sesuai dengan definisi dari daya listrik yang telah kita singgung di atas, bahwa daya listrik merupakan bilangan yang menunjukkan adanya perpindahan energi listrik dari sumber energi listrik (pembangkit) ke komponen beban listrik. Daya reaktif tidak menunjukkan adanya perpindahan energi listrik, daya nyata-lah yang menjadi bilangan penunjuk adanya perpindahan energi listrik. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan daya reaktif?

Daya reaktif adalah daya imajiner yang menunjukkan adanya pergeseran grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat adanya beban reaktif. Daya reaktif memiliki fungsi yang sama dengan faktor daya atau juga bilangan cos Ø. Daya reaktif ataupun faktor daya akan memiliki nilai (≠0) jika terjadi pergeseran grafik sinusoidal tegangan ataupun arus listrik AC, yakni pada saat beban listrik AC bersifat induktif ataupun kapasitif. Sedangkan jika beban listrik AC bersifat murni resistif, maka nilai dari daya reaktif akan nol (=0).

Sekalipun daya reaktif hanya merupakan daya ‘khayalan’, pengendalian daya reaktif pada sistem jaringan distribusi listrik AC sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini tidak lepas dari pengaruh beban reaktif terhadap kondisi jaringan listrik AC. Beban kapasitif yang bersifat menyimpan tegangan sementara, cenderung mengakibatkan nilai tegangan jaringan menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya. Sedangkan beban induktif yang bersifat menyerap arus listrik, cenderung membuat tegangan listrik jaringan turun. Berubah-ubahnya tegangan listrik jaringan tersebut sangat mengganggu proses distribusi energi listrik dari pembangkit ke konsumen. Perubahan tegangan jaringan berkaitan langsung dengan kerugian-kerugian distribusi listrik seperti kerugian panas dan emisi elektromagnetik yang terbentuk sepanjang jaringan distribusi. Semakin jauh nilai tegangan jaringan dari angka yang seharusnya, akan semakin besar kerugian distribusi listriknya dan akan semakin mengganggu proses distribusi daya nyata listrik. Di sinilah peran kontrol daya reaktif jaringan listrik sangat perlu diperhatikan.

Capacitor Bank Jaringan Listrik

Beban induktif, yang dominan terjadi di siang hari, dapat dikompensasi dengan dua cara. Cara pertama adalah digunakannya bank kapasitor sehingga penurunan tegangan listrik jaringan akibat beban induktif dapat dikompensasi oleh kapasitor. Cara kedua adalah dengan menaikkan tegangan listrik keluaran generator pembangkit dengan jalan menaikkan arus eksitasi generator, sehingga tegangan keluaran generator naik.

Contoh Rangkaian Pengkompensasi Beban AC Jaringan

Kompensasi juga dilakukan jika beban jaringan bersifat kapasitif sehingga menyebabkan tegangan jaringan melebihi nilai normalnya. Generator akan menurunkan tegangan keluarannya dengan jalan mengurangi arus eksitasi. Penggunaan inductor bank juga digunakan untuk meredam kenaikan tegangan jaringan agar tidak melampaui batas.

Daya Semu

Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus efektif (root-mean-square).
S = VRMS x IRMS

Tegangan RMS (VRMS) adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan daya yang sama dengan daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang sama. Pengertian tersebut juga berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik rumah kita adalah tegangan RMS (tegangan efektif). Secara sederhana, 220 volt tersebut adalah 0,707 bagian dari tegangan maksimum sinusoidal AC. Berikut adalah rumus sederhana perhitungan tegangan RMS:

Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:

Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik tertinggi di grafik gelombang sinusoidal listrik AC.

Nilai Tegangan RMS pada Grafik Sinusoidal Tegangan Listrik AC

Pada kondisi beban resistif dimana tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus maupun tegangan, keseluruhan daya total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai daya nyata. Dapat dikatakan jika beban listrik bersifat resistif, maka nilai daya semu (S) adalah sama dengan daya nyata (P). Lain halnya jika beban jaringan bersifat induktif ataupun kapasitif (beban reaktif), nilai dari daya nyata akan menjadi sebesar cos Ø dari daya total.

P = S cos Ø
P = VRMS IRMS cos Ø

Ø adalah besar sudut pergeseran nilai arus maupun tegangan pada grafik sinusoidal listrik AC. Øbernilai positif jika grafik arus tertinggal tegangan (beban induktif), dan akan bernilai negatif jika arus mendahului tegangan (beban kapasitif).

Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata juga terkonversi sebagai daya reaktif untuk mengkompensasi adanya beban reaktif tersebut. Nilai dari dari daya reaktif (Q) adalah sebesar sin Ødari daya total.
Q = S sin Ø
Q = VRMS IRMS sin Ø

Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke dalam sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, salah satu sisi siku sebagai daya nyata, dan sisi siku lainnya sebagai daya reaktif.

Segitiga Daya
Segitiga Daya

Sesuai dengan hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras.
 S = \sqrt {P^{2}+Q^{2}}

Sumber

Rumus Untuk Menghitung KVA dan KW

Rumus Untuk Menghitung KVA dan KW – Jika sebelumnya sudah dibahas tentang perbedaan KVA dan KVW, kali ini penulisan akan difokuskan pada cara menghitung kapasitas daya kVA dan kW, serta cara memilih generator yang tepat. Karena hanya mengetahui pengertiannya saja tidak cukup. Seseorang juga perlu mengetahui cara menghitung kapasitas daya yang mudah diikuti bahkan untuk pemula sekalipun.

Rumus Untuk Menghitung KVA dan KW

Rumus yang biasa digunakan adalah kW = kVA x Power Factor. Power Factor ini memiliki nilai yang bervariasi, tergantung pada alat listrik yang digunakan. Dengan mengetahui kVA, seseorang akan lebih mudah mengetahui jenis mesin apa yang digunakan serta dapat melihat SFC (Specific Fuel Consumption) dari mesin tersebut.

Secara matematis, hubungan antara kVA, kW dan Power Factor dapat digambarkan sebagai berikut:

kW = kVA x Power Factor

kVA = kW / Power Factor

Power Factor = kW / kVA

Pada sirkuit DC (Direct Current), secara matematis faktor daya tidak penting dengan alasan bersatu. Akhirnya dinyatakan sebagai: kW = kVA = Volts x Current x 1 = Volts x Current.

Cara Menghitung KVA

Cara Memilih Generator yang Tepat

Selain perbedaan kVA dan kVW, seseorang juga perlu mengetahui pentingnya memilih generato18 r yang tepat. Berikut caranya:

1. Hitunglah kebutuhan listrik untuk mengetahui berapa besar pasokan listrik baik untuk kegiatan bisnis maupun rumah tangga. Jangan sampai membeli genset dengan kapasitas rendah atau di bawah kebutuhan atau kapasitas yang terlalu tinggi.

2. Tetapkan pilihan berdasarkan jenisnya. Karena perlu diketahui bahwa generator memiliki dua jenis yang beredaran di pasaran yaitu soundproof dan open. Generator soundproof tentunya lebih ramah dan terhindar dari suara bising mesin. Sedangkan generator open mempunyai suara nyaring tersendiri.

3. Langkah berikutnya yang perlu dicatat adalah memperhatikan tersedia atau tidaknya sparepart. Sparepart ini menjadi pertimbangan khusus dalam memilih genset. Karena selama penggunaan genset, pasti akan ada saat di mana genset tersebut mengalami kerusakan di beberapa bagian. Jika sudah memiliki sparepart yang lebih, memperbaikinya menjadi lebih mudah.

4. Perhatikan fitur-fiturnya dengan baik. Memperhatikan kelengkapan genset menjadi langkah penting dalam memilih generator yang tepat. Hal ini disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan harus sepadan dengan apa yang didapatkan. Pembeli generator tentunya tidak menyesal karena tidak peka saat proses pembelian. Fitur-fitur yang dimaksud bisa berupa menyala atau tidaknya genset tersebut, aksesoris pelengkap dari genset, atau fitur pelengkap lainnya.

Setelah mengetahui perbedaan kVA dan kVW, penting untuk mengetahui cara memilih generator yang tepat serta cara menghitung dayanya. Karena listrik telah menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-hari manusia.